ANGKA GANGGUAN JIWA DI KALIMANTAN BARAT  

Wednesday, May 1, 2013

Pada saat ini ada kecenderungan penderita gangguan jiwa mengalami peningkatan. Menurut Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2007 disebutkan, rata-rata nasional gangguan mental emosional ringan, seperti cemas dan depresi pada penduduk berusia 15 tahun ke atas mencapai 11,6%, dengan angka tertinggi terjadi di Jawa Barat, sebesar 20%. Sedangkan yang mengalami gangguan mental berat, seperti psikotik, skizofrenia, dan gangguan depresi berat, sebesar 0,46%. Menurut laporan RS Khusus Provinsi (2011), lebih dari 60% pasien gangguan jiwa yang dirawat di RS Khusus berasal dari Kota Pontianak. Untuk tahun 2011 saja, kunjungan pasien dari Kota Pontianak mencapai 537 kasus rawat inap dan 7.703 rawat jalan, dengan pasien baru sekitar 265 orang

Read More..
AddThis Social Bookmark Button
Email this post


DEPRESI  

Sunday, December 11, 2011

Depresi bisa dialami oleh siapa saja, baik pria atau wanita, dewasa atau anak-anak. Namun sayang sangat sedikit orang yang mengalami depresi mendapatkan perawatan yang efektif.

suatu tanda yang sering ditemukan pada pasien dengan depresi yaitu insomnia dan perasaan letih dan lemah hampir sepanjang waktu.

Ada tiga jenis insomnia: 1. Awal – Kesulitan yang dialami saat mau tidur, 2. Tengah: bisa tidur dengan cukup mudah, namun terbangun beberapa jam kemudian dan setelah itu tidak bisa tidur lagi, 3. Akhir: bangun beberapa jam lebih awal dari waktu yang seharusnya dan tidak bisa tidur lagi.

Akibat yang ditimbulkan dari depresi yaitu :
Depresi mengakibatkan efek yang luar biasa bagi penderitanya, baik secara materi, emosi, fisik, dan sosial.
• Biaya: Kinerja menurun, istirahat / cuti, tidak produktif, biaya pengobatan, bahkan hilangnya potensi penghasilan karena penderita bunuh diri.
• Emosi: hidup dipenuhi dengan perasaan tidak nyaman, tidak berdaya, penyesalan mendalam, sedih, putus asa, cemas.
• Fisik: tubuh sakit, psikosomatis, jika ada sakit lebih cenderung mengalami komplikasi, kecepatan pemulihan kondisi kesehatan lebih lama dan lambat, lebih cenderung kena serangan jantung
• Sosial: konflik dalam keluarga, ketidakmampuan menjalankan fungsi dan peran sebagai orangtua yang baik, perceraian, putusnya persahabatan, perilaku yang merugikan diri sendiri dan atau orang lain seperti mabuk, penggunaan obat-obatan terlarang, dan child abuse.

Penyebab :
Ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang menjadi atau mengalami depresi:
• Kondisi kehidupan yang penuh tekanan
• Konflik pernikahan
• Physical atau sexual abuse (di masa lalu atau masa kini)
• Kesulitan ekonomi
• Kecakapan sosial yang buruk
• Kecakapan pemecahan masalah yang buruk
• Kecakapan manajemen diri yang buruk
• Cara berpikir disfungsional
• Kondisi mental yang lemah / bermasalah (misal: kecemasan)

Tidak enak jika kita murung terus-terusan bukan? Jika penyebabnya adalah kejadian yang menyedihkan, maka jangan terlalu berharap bahwa kepulihan akan datang dalam beberapa hari.

Perlu waktu untuk bisa lepas dari depresi. Berbincang-bincang dengan orang lain atau orang yang dapat memberikan masukan buat kita.
Jika parah, maka pergilah kedokter. Penderita akan diberikan obat antidepresan semacam obat penenang.

Jika penyebabnya adalah stres biasa, maka cobalah batasi stres tersebut sekecil mungkin dengan sedapat mungkin menghindari perubahan besar pada hidup anda. Cobalah berbagi dengan orang-orang terdekat anda dan cara menangani masalah stres anda. Sediakan waktu sejenak setiap hari untuk relaksasi mengalihkan ketegangan dan kecemasan.

Perlu diketahui bahwa peran keluarga dan lingkungan sekitar juga ikut mempengaruhi kesembuhan akibat depresi. Jika penderita selalu diingatkan bahwa kita selalu peduli pada mereka, maka ini akan mengurangi dampak depresi seperti perasaan terisolasi (terasingkan), misalnya. Sehingga diharapkan nantinya penderita akan termotivasi untuk bisa pulih kembali.

Read More..
AddThis Social Bookmark Button
Email this post


Kegawat daruratan psikiatri  

Wednesday, December 7, 2011

Banyak hal bisa terjadi di bangsal jiwa...
pasien datang dengan gaduh gelisah, dirumah mengamuk, mengancam orang atau bahkan ada yang sampai membunuh orang....


Kegawatdaruratan psikiatri adalah tiap gangguan dalam berpikir ,perasaan atau tingkah laku yang memerlukan intervensi pengobatan secepatnya. Karena berbagai alasan seperti meningkatnya insidensi kekerasan, meningkatnya perhatian kepada peranan penyakit organik dalam perubahan status mental, dan epidemik alkoholisme dan gangguan penggunaan substansi lain yang menyebabkan jumlah pasien psikiatri terus bertambah (DR.Widjaja Kusuma,1997). Suatu kedaruratan psikiatri adalah gangguan dalam pikiran, perasaan, atau tindakan yang memerlukan terapi segera (Kaplan & Sadock,1993). Kegawatdaruratan Psikiatri merupakan aplikasi klinis dari psikiatri pada kondisi darurat. Kondisi ini menuntut intervensi psikiatri seperti percobaan bunuh diri, penyalahgunaan obat, depresi, penyakit kejiwaan, kekerasan atau perubahan lainnya pada perilaku.
Meluasnya lingkup kegawatdaruratan psikiatri adalah melebihi lingkup praktek psikiatri umum dan memasukkan gangguan spesifik seperti penyalahgunaan zat, kekerasan anak dan pasangan; kekerasan dalam bentuk bunuh diri, pembunuhan, dan pemerkosaan; dan masalah sosial tertentu sperti tuna wisma, usia lanjut, kompetensi, dan sindroma imunodefisiensi didapat (AIDS).
Kegawatdaruratan psikiatri jarang terjadi di praktek umum, sering terjadi di departemen gawat darurat. Kegawatdaruratan psikiatri menakutkan dan bila timbul memerlukan banyak waktu (Ingram.dkk, 1993).

Read More..
AddThis Social Bookmark Button
Email this post


Relaps pasien gangguan jiwa  

Relaps adalah kekambuuhan yang dialami oleh klien, sehingga klien kembali dirawat di rumah sakit.

Banyak hal yang dapat mambuat klien manjadi relaps..
hal ini disebabkan karena gangguan jiwa disebabkan oleh banyak faktor/multi kausal.
Tingginya angka relaps (kekambuhan) penderita gangguan jiwa, angkanya bisa mencapai 25%-50%. Bahkan menurut RSK Prov Kalbar sebagaimana yang dilaporkan dalam websitenya, dalam waktu lima tahun (2004-2008) 72,12% dari pasien yang dirawat adalah pasien kambuh/relaps. Ini menunjukkan upaya kuratif yang dilakukan secara hospitalisasi di dua RSJ/RSK kita itu, belum gayung bersambut dengan penanganan di level berikutnya. Terutama level komunitas, atau lebih diperkhusus lagi level keluarga. Hal ini bisa jadi karena belum ada pembinaan yang memadai terhadap keluarga tentang bagaimana merawat penderita gangguan kejiwaan selama di rumah. Menurut penelitian yang dilakukan di Inggris dan Amerika, keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi seperti bermusuhan, mengkritik, tidak ramah, banyak menekan dan menyalahkan menyebabkan 57% penderita gangguan jiwa kambuh kembali. Sebaliknya dengan kondisi keluarga yang lebih mampu mengendalikan emosi, angka kekambuhan bisa ditekan hingga 17%.
Selain faktor keluarga, kondisi masyarakat kita juga tidak kondusif dalam menciptakan suasana yang refresentatif bagi perawatan penderita gangguan kejiwaan. Harus diakui, stigma masih sangat akrab ditujukan kepada penderita gangguan jiwa. Sebutan-sebutan yang kurang pas sering kali terlontar kepada mereka, seperti sebutan orang gila. Tindakan-tindakan pengucilan bahkan sampai tingkat pemasungan tak jarang mereka alami. Menurut sebuah survei (Dr. Irmansyah, Sp.KJ, disampaikan dalam sebuah pertemuan TPKJM di Pontianak, 2010) bahwa pemasungan penderita gangguan jiwa di Indonesia diperkirakan mencapai angka 30.000 kasus.
Kita harus belajar pada penanganan gangguan jiwa di beberapa negara maju. Setelah melalui beberapa tahapan ruang perawatan mulai dari ruang perawatan intensif (Psychiatric Intensive Care Unit), intermediate, dan rehabilitasi di rumah sakit, maka penderita dipindahkan ke rumah singgah sebelum kembali ke keluarga dan masyarakat. Di rumah singgah inilah penderita-penderita gangguan jiwa belajar hidup bermasyarakat, bekerja dan berlatih menyelesaikan masalahnya. Sehingga saat akan kembali ke masyarakat, perilaku yang dimiliki oleh penderita adalah perilaku yang dapat diterima oleh masyarakat.

Read More..
AddThis Social Bookmark Button
Email this post


Angka Gangguan jiwa di Kalimantan Barat  

Tuesday, December 6, 2011

Berapa sebenarnya angka gangguan jiwa di Kalbar? Atau Kota Pontianak khususnya?...... Masih belum ada data riilnya.

Berapa sebenarnya angka gangguan jiwa di Kalbar? Atau Kota Pontianak khususnya?. Masih belum ada data riilnya. Kalau pun ada data mengenai gangguan jiwa yang dirawat di RSJ itu belum menunjukkan jumlah yang sebenarnya karena tidak semua penderita gangguan jiwa memiliki akses pengobatan dan perawatan ke RSJ yang ada.
Namun sebagai acuan, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 merincikan bahwa angka gangguan jiwa nasional adalah 0,46% dari total penduduk dewasa, jadi lebih dari setengah juta jiwa penderita gangguan jiwa di Indonesia. Bangaimana dengan Kalbar? Menurut sumber yang sama angkanya mencapai 0,5%, atau mendekati 13 ribu penderita yang tersebar diseluruh pelosok Kota/kabupaten, dan Kota Pontianak diperkirakan menyumbang 1500an penderita gangguan jiwa dari total angka tersebut.
Angka tersebut sangat fantastis. Berimplikasi pada problematika yang tidak sedikit. Menguras energi dan menuntut treatment dari semua level pembuat kebijakan serta aksi nyata dari pihak-pihak terkait. Namun akhirnya secara khusus mengerucut pada satu muara: Masyarakat.
Memangnya ada apa dengan masyarakat? Ada tiga hal yang mengimplikasikan hal tersebut. Masalah pertama, tingginya prevalensi angka gangguan jiwa seperti yang telah disebutkan di atas. Masalahnya adalah, tingginya angka gangguan jiwa tersebut sangat tidak berimbang dengan kemampuan rawat inap dua rumah sakit di kalbar (yakni RSJ Singkawang dan RSK Pontianak) yang konsen memberikan pelayanan pengobatan dan perawatan terhadap mereka. RSJ Singkawang mempunyai kapasitas 350 bed sedangkan RSK daya tampung rawat inapnya 120 bed. Jadi ada 470 bed yang kita punya untuk merawat hampir 13 ribu penderita gangguan jiwa di Kalimantan Barat, atau dengan kata lain, hanya 3,6%. Artinya sebagian besar penderita gangguan jiwa berada di masyarakat, yakni 96,4%.
Padahal selama ini program layanan yang diandalkan untuk menangani penderita gangguan jiwa hanya dengan cara hospital base, atau berorientasi pada rumah sakit. Kita masih belum punya program lain yang memadai. Bahkan selama ini kesan yang kami tangkap (dari berita-berita di media cetak Kalbar) bahwa penderita gangguan jiwa harus “diamankan” agar tidak menganggu keamanan, keindahan dan ketertiban umum. Dimana “mengamankannya” ? Dimana lagi kalau bukan di RSJ/RSK. Perkara apakah tindakan pengamanan tersebut sesuai atau tidak dengan kebutuhan keperawatan mereka, nampaknya tidak dianggap penting. Belum lagi bicara, siapa sebenarnya yang berkompenten secara disiplin keilmuan untuk mengamankan mereka, atau setidak-tidaknya apakah aparat yang melakukan tindakan pengamanan tersebut sudah mempunyai bekal ilmu untuk melakukan treatment terhadap penderita gangguan kejiwaan? Sekedar untuk diketahui, kesalahan kecil dalam berucap maupun bertindak kepada penderita gangguan jiwa bisa berdampak besar terhadap perawatan mereka. Menurunkan beberapa langkah kebelakang kondisi perawatan mereka, serta menanamkan memori buruk yang justru kontradiktif terhadap kesembuhan mereka.

Read More..
AddThis Social Bookmark Button
Email this post


secret.......  

secret sama dengan rahasia........

Rahasia kecerdasan bukan terletak pada mempelajari apa yang disenangi,tetapi pada menyenangi apa yang sedang dipelajari.....
terkadang saat kita ingin mempelajari sesuatu terkendala karena kita tidak senang.....bisa jadi sama buku, situasi, dosen etc
ternyata kalau sesuatu diawali dengan rasa senang, sesulit apapun itu gampang diserap oleh otak.....
so.....senangi apa yang akan anda lakukan dan tunggu hasilnya....anda akan terkagum-kagum dengan sesuatu yang tidak anda sadari......

Read More..
AddThis Social Bookmark Button
Email this post


GOOD POINTS TO THINK ABOUT  

Friday, September 9, 2011

Seseorang menemukan kepompong seekor kupu-kupu.Suatu
hari lubang kecil muncul. Dia duduk dan mengamati dalam beberapa jam
calon kupu-kupu itu ketika dia berjuang dengan memaksa dirinya melewati
lubang kecil itu. Kemudian kupu-kupu itu berhenti membuat kemajuan.
Kelihatannya dia telah berusaha semampunya dan dia tidak bisa lebih jauh
lagi.


Akhirnya orang tersebut memutuskan untuk membantunya. Dia mengambil sebuah
gunting dan memotong sisa kekangan dari kepompong itu. Kupu-kupu tersebut keluar dengan mudahnya. Namun, dia mempunyai tubuh gembung dan kecil, sayap-sayap mengkerut. Orang tersebut terus mengamatinya karena dia berharap bahwa, pada suatu
saat, sayap-sayap itu akan mekar dan melebar sehingga mampu menopang
tubuhnya, yang mungkin akan berkembang seiring dengan berjalannya waktu.
Semuanya tak pernah terjadi. Kenyataannya, kupu-kupu itu menghabiskan sisa
hidupnya merangkak disekitarnya dengan tubuh gembung dan sayap-sayap
mengkerut. Dia tidak pernah bisa terbang. Yang tidak dimengerti dari kebaikan dan ketergesaan orang tersebut adalah bahwa kepompong yang menghambat dan perjuangan yg
dibutuhkan kupu-kupu untuk melewati lubang kecil adalah jalan Tuhan untuk
memaksa cairan dari tubuh kupu-kupu itu ke dalam sayap-sayapnya sedemikian sehingga dia akan siap terbang begitu dia memperoleh kebebasan dari kepompong
tersebut. Kadang-kadang perjuangan adalah yang kita perlukan
dalam hidup kita. Jika Tuhan membiarkan kita hidup tanpa hambatan, itu
mungkin akan melumpuhkan kita.Kita mungkin tidak sekuat yg semestinya kita mampu.
Kita mungkin tidak akan pernah dapat "terbang".

Mungkin kita perlu mengatakan :
Saya memohon Kekuatan ... Dan Tuhan memberi saya kesulitan-kesulitan untuk
membuat saya kuat. Saya memohon Kebijakan ... Dan Tuhan memberi saya
persoalan untuk diselesaikan.
Saya memohon Kemakmuran ... Dan Tuhan memberi saya Otak dan Tenaga untuk
bekerja.
Saya memohon Keteguhan hati ... Dan Tuhan memberi saya Bahaya untuk diatasi.
Saya memohon Cinta ... Dan Tuhan memberi saya orang-orang bermasalah untuk
ditolong.
Saya memohon Kemurahan/kebaikan hati ... Dan Tuhan memberi saya
kesempatan-kesempatan. Saya tidak memperoleh yg saya inginkan,
saya tidak mendapatkan segala yang saya butuhkan ............


Kadang Tuhan tidak memberikan yang kita minta, tapi
dengan pasti Tuhan
memberikan yang terbaik untuk kita, kebanyakan kita
tidak mengerti/mengenal,
bahkan tidak mau menerima rencana Tuhan,
kenyataannya itulah yang terbaik untuk kita.
Berserahlah senantiasa.


Read More..
AddThis Social Bookmark Button
Email this post


Design by Amanda @ Blogger Buster