mau Tanya nie, pasien gangguan jiwa kok sulit sembuh dan sering kambuh ya……..????
Jawaban :
terima kasih atas pertanyaan dari mas……sebelum membahas kenapa gangguan jiwa tersebut sulit sembuh atau pasienya sering kambuh sehingga bolak-baik ke Rumah sakit, ada baiknya kita mengenal gangguan jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam : cara berpikir (cognitive), kemauan (volition),emosi (affective), tindakan (psychomotor). Dari berbagai penelitian dapat dikatakan bahwa gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan terlihat dalam berbagai macam gejala yang terpenting diantaranya adalah: ketegangan (tension), rasa putus asa dan murung, gelisah, cemas, perbuatan-perbuatan yang terpaksa (Convulsive), hysteria, rasa lemah, tidak mampu mencapai tujuan, takut, pikiran-pikiran buruk dsb.
Mas…..Penyebab gangguan jiwa adalah multikausal, jadi bukan hanya disebabkan oleh satu hal saja, karena, manusia bereaksi secara keseluruhan, secara holistik, atau dapat dikatakan juga secara Organobioliologis(badany/organya), psychoeducative(intelegensia, interaksi ibu dan anak, peranan ayah, persaingan saudara kandung, hubungan dalam keluarga, konsep diri, kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, pekerjaan dll), sosiocultural (kestabilan keluarga, pola asuh anak, tingkat ekonomi, perumahan di desaatau dikota, masalah kelompok minoritas yang meliputi pelayanan kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan yang tidak memadai, pengaruh rasial diskriminatif dan keagamaan serta nilai-nilai) . Dalam mencari penyebab gangguan jiwa, maka ketiga unsur ini harus diperhatikan. Yang mengalami sakit dan menderita ialah manusia seutuhnya dan bukan hanya badannya, jiwanya atau lingkungannya.
Setelah mengetahui tentang gangguan jiwa dan penyebabnya, maka kita harus mengetahui bagaimana cara mengatasi dan memelihara derajat kesehatan kita. Ada beberapa macam terapi yang digunakan untuk menurunkan atau mereduksi gangguan jiwa diantaranya, psikoterapi, art terapi, terapi aktivitas kelompok, terapi kognitif, terapi farmakologis, terapi kejang listrik atau electroconvulsive therapy, therapy lingkungan dll. Kombinasi dari beberapa therapy tersebut mampu mereduksi tingkat keparahan gangguan jiwa, untuk menggapai kesembuhan total maka peran keluarga menjadi supporting faktor untuk mendukung penyembuhan. Keluarga merupakan unit yang paling dekat dengan klien dan merupakan “perawat utama” bagi klien. Keluarga berperan dalam menentukan cara atau asuhan yang diperlukan klien di rumah.Keberhasilan perawat di rumah sakit dapat sia-sia jika tidak diteruskan di rumah yang kemudian mengakibatkan klien harus dirawat kembali (kambuh).
Ada Empat faktor penyebab klien kambuh dan perlu dirawat di rumah sakit, menurut Sullinger, 1988 :
1. Klien : Sudah umum diketahui bahwa klien yang gagal memakan obat secara teratur mempunyai kecenderungan untuk kambuh. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan 25% sampai 50% klien
yang pulang dari rumah sakit tidak memakan obat secara teratur (Appleton, 1982, dikutip oleh Sullinger, 1988)
2. Dokter (pemberi resep) : Makan obat yang teratur dapat mengurangi kambuh, namun pemakaian
obat neuroleptic yang lama dapat menimbulkan efek samping Tardive Diskinesia yang dapat mengganggu hubungan sosial seperti gerakan yang tidak terkontrol.
3. Penanggung jawab klien: Setelah klien pulang ke rumah maka perawat puskesmas tetap bertanggung jawab atas program adaptasi klien di rumah.
4. Keluarga : Berdasarkan penelitian di Inggris dan Amerika keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi (bermusuhan, mengkritik, tidak ramah, banyak menekan dan menyalahkan), hasilnya 57% kembali dirawat dari keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi dan 17% kembali dirawat dari keluarga dengan ekspresi emosi keluarga yang rendah. Selain itu klien juga mudah dipengaruhi oleh stress yang menyenangkan (naik pangkat, menikah) maupun yang menyedihkan (kematian/kecelakaan).
Peran serta keluarga sejak awal asuhan di RSakan meningkatkan kemampuan keluarga merawat klien di rumah sehingga kemungkinan dapat dicegah. Pentingnya peran serta keluarga dalam klien gangguan jiwa dapat dipandang dari berbagai segi. Pertama, keluarga merupakan tempat dimana individu memulai hubungan interpersonal dengan lingkungannya. Keluarga merupakan “institusi” pendidikan utama bagi individu untuk belajar dan mengembangkan nilai, keyakinan, sikap dan perilaku (Clement dan Buchanan, 1982, hal. 171). Individu menguji coba perilakunya di dalam keluarga, dan umpan balik keluarga mempengaruhi individu dalam mengadopsi perilaku tertentu. Semua ini merupakan persiapan individu untuk berperan di masyarakat.
mengapa penderita gangguan jiwa banyak yang enggan kembali ke rumah sendiri dan betah menjadi pasien di rumah sakit jiwa, bahkan beberapa menjadi pembantu tanpa dibayar di rumah sakit jiwa, mereka memilih tetap berstatus pasien gangguan jiwa meski sebenarnya secara pemeriksaan mereka sudah diperbolehkan pulang, atau setelah pulang beberapa hari kemudian pasien masuk lagi ke RS, ada beberapa alasan yang mendasari.
1. Keluarga tidak menerima kehadiran anggota keluarg yang menderita gangguan jiwa. 2. masyarakat membentuk stigma negatif terhadap penderita. 3. pasien belum memiliki satu alasan mengapa dia harus kembali. 4. pasien masih belum siap dengan perubahan situasi. 5. secara total pasien tidak bisa sembuh tanpa dukungan sosial.
mengapa sebagai masyarakat setiap melihat penderita gangguan jiwa ada yang merasa terancam, ada yang memberikan stigma dengan julukan misalkan "stress" atau istilah lain yang terkesan merendahkan martabat manusia, penderita gangguan jiwa juga manusia yang membutuhkan perhatian dari siapapun. penderita gangguan jiwa bukanlah kriminal yang harus dimusuhi, mereka tidak pernah mengharapkan untuk menderita gangguan jiwa, situasi yang membuat mereka tidak kuat dan akhirnya mengalami gangguan jiwa.
Edukasi yang benar tentang klien gangguan jiwa akan menambah wawasan masyarakat bahwa peran mereka sangat penting, penderita gangguan jiwa adalah korban yang harus ditangani dan dikelola. Rumah sakit jiwa adalah satu bagian dari proses rehabilitasi tetapi keluarga dan masyarakat yang membuat penderita jiwa bisa kembali hidup di masyarakat secara normal, jika masih banyak orang negatif yang memberikan stigma ke mereka maka penderita gangguan jiwa akan merasa tidak berguna dan menikmati gangguan jiwanya.
Read More..